Rabu, 30 November 2016

100 amil. pembahasan singkat dari kitab Awamel

Sabtu, November 12, 2011  Dede Wahyudin  10 comments
AWAMIL(100 amil)

Amil adalah lafadz yang mempunyai pengamalan terhadap kalimah lain, sehingga menyebabkan suatu kalimah memiliki i’rob rofa, nashob, jer, atau jazm yang semuanya berjumlah 100 amil. Simak pembahasannya di bawah ini.
Awamil secara umum, dibedakan menjadi dua macam, yaitu ;

1.   Amil Maknawi (2 amil)
Amil maknawi hanya ada dua macam yaitu ;
1)    Amil maknawi ibtida, dan
2)    Amil maknawi tajarrud.
2.   Amil Lafdzi (98 amil)
Amil lafdzi dikelompokkan lagi menjadi 2 ;
1)    Sima’iyah
Amil lafdzi sima’iyah dibedakan menjadi 13 kelompok :
(1)  Huruf yang men-jer-kan kalimah isim (19 amil), yaitu :
الباء، من، الى، فى، عن، واو القسم، باء القسم، تاء القسم، اللام، ربّ، واو رب، علي، الكاف، مذ، منذ، حتى، حاشا، عدا، خلا.
(2)  Huruf yang menashobkan isimnya dan merofa’kan khobarnya (6 amil), yaitu :
إنّ، انّ، كأنّ، لكنّ، ليت، لعل
(3)  Huruf yang menashobkan isim dan merofa’kan khobar (2 amil), yaitu :
ما، لاَ
(4)  Huruf yang menashobkan kalimah isim (7 amil), yaitu :
واو معية، إلاّ، يا، أيا، هيا، أى، أ
(5)  Huruf yang menashobkan fiil mudhore’ (4 amil), yaitu :
أن، لن، كي، اذن
(6)  Huruf yang men-jazm-kan fiil mudhore’ (5 huruf), yaitu :
إنْ، لم، لما، لام الامر، لا نهي
(7)  Isim yang men-jazm-kan 2 fiil mudhore’ dengan menyimpan makna إنْ  (9 amil), yaitu :
مَنْ، ما، أي، متى، مهما، اين، انى، حيثما، إذما
(8)  Isim yang menashobkan isim nakiroh dan menjadikannya tamyiz (4 amil), yaitu :
-      Lafadz عشرة  jika tersusun bersama lafadz  أحد، اثنين  sampai  تسعة وتسعين (bilangan dari 10 - 99)
-      كم
-      كاين
-      كذا
(9)  Asmaul Af’al (9 amil), yaitu :
-      Menashobkan kalimah isim : رويد، بله، دونك، عليك، هاء، حيهل،
-      Merofa’kan kalimah isim : هيهات، شتان، سرعان
(10)      Af’alu Naqishoh, beramal merofa’kan isimnya dan menashobkan khobarnya (13 amil), yaitu :
كان، صار، أصبح، امسى، أضحى، ظل، بات، مازال، مابرح، مافتئ، ماانفك، مادام، ليس
(11)      Af’aulul muqorobah, beramal seperti lafadz كان(4 amil), yaitu ;
عسى، كاد، اوشك، كرب
(12)       Af’alul madh wa dzam yaitu fiil yang digunakan untuk memuji dan menghina, beramal menashobkan merofa’kan isim jinis yang dima’rifatkan dengan ال (4 amil), yaitu :
نِعْمَ، بِئْسَ، ساء، حبذا
(13)      Af’alu syak wa yaqin, fiil ragu ragu dan yaqin yang beramal menashobkan 2 maf’ul (7 amil), yaitu :
حسبتُ، خِلْتُ، ظَننتُ، رأيتُ، علمتُ، وجدتُ، زعمتُ

2)    Qiyasiyah
Amil qiyasiyah ada 7 amil yaitu :
(1)  Kalimah fiil
(2)  Isim fa’il
(3)  Isim Maf’ul
(4)  Sifat Musyabihat
(5)  Mashdar
(6)  Setiap isim yang disandarkan/ dimudhofkan pada kalimah isim lainnya
(7)  Setiap isim yang sempurna dan tidak membutuhkan idhofah, seperti isim mubham.


klasifikasi 6 kingdom

Klasifikasi Enam Kingdom (Menurut Woese tahun 1977)
Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan :
Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari selulosa.
Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan tidak memiliki dinding sel sementara hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri, dan umumnya dapat berpindah tempat.

Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu jamur (fungi). Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi kemudian mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae (tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia (hewan).
Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk hidup dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan Animalia, Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang memiliki membran inti disebut sel eukariotik, sel yang tidak memiliki membran inti disebut sel prokariotik.
Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi makanannya, dan tingkatan makhluk hidup.
Namun sistem ini kemudian diubah dengan dipecahnya kingdom monera menjadi kingdom Eubacteria dan Archaebacteria.
Penjelasan Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Enam Kingdom:
Kingdom Eubacteria
Para makhluk hidup di Kingdom Eubacteria berupa makhluk hidup sel tunggal (uniseluler). Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Eubacteria memiliki sel prokariotik (sel sederhana yang tidak mempunyai kapsul sebagai lapisan terluarnya dan dinding sel didalamnya). Eubacteria juga dikenal dengan istilah bakteria.

Kingdom Archaebacteria
Pada tahun 1977 seorang mikrobiolog bernama Carl Woese dan peneliti lain dari university of Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri unik dan berbeda dari anggota kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariot dibandingkan bakteri lain yang merupakan prokraiot. Hal itu menyebabkan terciptanya sistem klasifikasi 6 kingdom pemisah kingdom Archaebacteria dari anggota kingdom Monera lain yang kemudaian disebut Eubacteria. Namun hingga sekarang yang diakui sebagai sistem klasifikasi standar adalah sistem Lima Kingdom yang ditemukan oleh Whittaker.

Makhluk hidup di Kingdom Archaebacteria tidak jauh berbeda dengan yang ada di Kingdom Eubacteria karena mereka dulunya satu Kingdom. Namun Archaebacteria umumnya tahan di lingkungan yang lebih ekstrem.
Kingdom Protista
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista memiliki sel eukariotik. Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi. Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), Protista menyerupai jamur, dan Protista menyerupai hewan (Protozoa, Protos: pertama, zoa: hewan). Protozoa mempunyai klasifikasi berdasarkan sistem alat geraknya, yaitu Flagellata/Mastigophora (bulu cambuk, contoh Euglena, Volvox, Noctiluca, Trypanosoma, dan Trichomonas), Cilliata/Infusiora (rambut getar, contoh Paramaecium), Rhizopoda/Sarcodina (kaki semu, contoh Amoeba), dan Sporozoa (tidak mempunyai alat gerak, contoh Plasmodium).

Kingdom Fungi (Jamur)
Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri. Cara makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga hidupnya bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycota). Beberapa kelompok kelas antara lain:
a. kelas Myxomycetes (jamur lendes) contoh nya Physarum policephalius.
b. kelas Phycomycetes (jamur ganggang) contoh nya jamur tempe (Rhizopus oryzae, mucor mue)

Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Tumbuhan terdiri dari tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

Kingdom Animalia (Hewan)
Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak bertulang belakang (invertebrata/avertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).
Sistem Klasifikasi 6 Kingdom

Pada tahun 2004, seorang ilmuwan, Thomas Cavalier-Smith mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi k Kingdom juga, namun dengan memisahkan Eukaryota dari Protista yang bersifat autotrof menjadi Kingdom baru, yaitu Chromista.
6 Kingdom menurut Klasifikasi Cavalier-Smith, yaitu:
1). Bacteria
2). Protozoa
3). Chromista
4). Fungi
5). Plantae
6). Animalia


Walaupun sekarang Indonesia sedang berusaha mengadaptasikan klasifikasi Domain, namun klasifikasi menurut ketentuan terakhir (yang terbaru) adalah klasifikasi Cavalier-Smith ini.

Bentuk bentuk huruf Devanagari

laporan kesetimbangan kimia

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan berjudul “Stoikiometri Reaksi” yang bertujuan untuk untuk menentukan stoikiometri reaksi sistem Pb(NO3)2 + NaCl + H2O. Metode dari percobaan ini adalah berdasarkan metode variasi kontinyu, dimana dalam metode ini dilakukan sederet pengamatan kuantitas molar totalnya sama. Prinsip percobaan ini menggunakan analisa kuantitatif karena menghitung massa yang terbentuk dari hasil percobaan. Percobaan ini menggunakan larutan Pb(NO3)2, NaCl dan kertas saring, dimana larutan tersebut akan dicampur dan menghasilkan endapan dalam larutan lalu disaring di kertas saring dan dipanaskan sampai muncul kristal dari larutan tersebut dan kita dapat menghitung massa residu atau endapan kristal yang dihasilkan dari larutan yang dicampurkan. Massa residu diperoleh dari massa kertas saring awal dikurangi dengan massa kertas saring dengan endapan kristal. Diadakan pengulangan percobaan untuk mengetahui perbandingan konsentrasi dan massa residu yang dihasilkan dari reaksi stoikiometri.





































BAB I
PENDAHULUAN
 1.1.  Latar Belakang
Selama ini, reaksi-reaksi kimia yang sering dipelajari adalah reaksi satu arah. Sebenarnya, banyak reaksi kimia yang terjadi tidak hanya satu arah melainkan membentuk keadaan setimbang. Dalam hal ini, pereaksi tidak habis bereaksi dan hasil-hasil reaksi dapat kembali lagi membentuk pereaksi. Hal ini berlangsung hingga terbentuk keadaan kesetimbangan antara pereaksi dan hasil reaksi. Kesetimbangan memiliki sifat statis dan dinamis. Namun pada reaksi kimia, kesetimbangan bersifat dinamis. Artinya, saat tercapai kesetimbangan reaksi tidak berhenti, tetapi terus berlangsung. Saat setimbang, zat-zat di sebelak kiri (reaktan) saling bereaksi sehingga molekul-molekul zat di sebelah kanan (produk) bertambah. Pada saat yang sama molekul-molekul zat di sebelah kanan berkurang dan molekul-molekul zat yang di sebelah kiri bertambah dengan laju yang sama dengan laju reaksi ke kanan. Dengan demikian, reaksi akan berlangsung terus-menerus ke dua arah dengan laju yang sama. 
Terciptanya suatu reaksi setimbang diperlukan kondisi tertentu antara lain reaksi bolak-balik, sistemnya tertutup, dan bersifat dinamis. Sistem tertutup adalah sistem dimana baik zat-zat yang bereaksi maupun zat-zat hasil reaksi tidak ada yang meninggalkan sistem. Berlangsungnya suatu reaksi secara makroskopis dapat dilihat dari perubahan suhu, tekanan, konsentrasi, warna, dll, sedangkan secara mikroskopis molekul tak mungkin bisa teramati. Kesetimbangan mengacu pada keadaan dimana proses ke kanan dan ke kiri berlangsung dengan kecepatan yang sama dan tak ada lagi perubahan bersih yang terjadi (misalnya, jumlah pereaksi dan hasil tak berubah di sepanjang waktu. Tetapan kesetimbangan menjelaskan hubungan antara konsentrasi (atau tekanan parsial dalam kasus tertentu) dari senyawa-senyawa dalam sistem yang setimbang. Nilai numeris dari tetapan tidak tergantung pada bagaimana kesetimbangan tercapai. Kc adalah hubungan yang ada di antara konsentrasi pereaksi dan hasil yang setimbang pada suhu tertentu dari suatu reaksi dapat balik.
Kesetimbangan kimia merupakan fenomena kimia umum, yang terjadi di alam. Fenomena tersebut dapat menjelaskan mengapa keasaman darah meningkat ketika konsentrasi karbondioksida terlarut dalam darah juga meningkat. Konsentrasi ozon dan oksigen di atmosfer juga dapat dijelaskan dengan konsep kesetimbangan kimia. Masalah yang sering dihadapi oleh suatu industri adalah bagaimana memperoleh hasil yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan proses yang efisien dan efektif. Bahan baku yang digunakan perlu diproses sedemikian rupa sehingga tidak banyak sisa/ residu yang harus dibuang. Pengetahuan tentang kesetimbangan kimia sangat dibutuhkan oleh beberapa industri kimia misalnya industri pembuatan amonia dan industri pembuatan asam sulfat. Dengan mempelajari konsep-konsep dari kesetimbangan kimia, maka akan mudah bagi kita untuk mengerti konsep-konsep kimia lanjutan yang mungkin akan dipelajari di hari kemudian. Oleh karena itu, percobaan ini sangat penting bagi kita semua, khususnya para mahasiswa tingkat pertama Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala.
1.2.  Tujuan Percobaan     
Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia.
1.3.  Manfaat Percobaa
Praktikan mampu mengamati dan memahami tentang perubahan-perubahan pada reaksi kimia dimana perubahan inilah yang menjadi faktor yang mempengaruhi kesetimbangan.















BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Banyak reaksi-reaksi kimia yang berjalan tidak sempurna artinya reaksi-reaksi tersebut berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti dengan meninggalkan zat-zat yang tidak bereaksi. Pada temperatur, tekanan dan konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Hubungan antara konsentrasi peraksi dan hasil reaksi tetap. Pada saat ini reaksi dalam keadaan setimbang. Pada saat setimbang, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri. Kesetimbangan disini merupakan kesetimbangan dinamis, bukan kesetimbangan statis. Jadi sebenarnya reaksi masih ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi berhenti. Atas dasar ini dapat dianggap hampir semua reaksi berhenti pada kesetimbangan. Untuk reaksi sempurna, kesetimbangan sangat berat disebelah kanan. Untuk reaksi yang sangat berat di sebelah kanan.
 Umumnya suatu reaksi kimia yang berlangsung spontan akan terus berlangsung sampai dicapai keadaan kesetimbangan dinamis. Berbagai hasil percobaan menunjukkan bahwa dalam suatu reaksi kimia, perubahan reaktan menjadi produk pada umumnya tidak sempurna, meskipun reaksi dilakukan dalam waktu yang relatif lama. Umumnya pada permulaan reaksi berlangsung, reaktan mempunyai laju reaksi tertentu. Kemudian setelah reaksi berlangsung konsentrasi akan semakin berkurang sampai akhirnya menjadi konstan. Keadaan kesetimbangan dinamis akan dicapai apabila dua proses yang berlawanan arah berlangsung dengan laju reaksi yang sama dan konsentrasi tidak lagi mengalami perubahan atau tidak ada gangguan dari luar.  Untuk reaksi yang tidak berjalan, kesetimbangan sangat berat disebelah kiri. Kesetimbangan dibagi menjadi homogen dan heterogen. Homogen bila kesetimbangan terdapat pada satu fase (gas, cairan tunggal, fase padat tunggal). Heterogen bila kesetimbangan terdapat dalam lebih dari satu fase (gas, padat, gas cairan, padat cairan atau padat-padat)  (Sukardjo, 1997).
Umumnya reaksi-reaksi kimia tersebut berlangsung dalam arah bolak-balik (reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu arah. . Pada awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan produk, segera setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi sebaliknya, yaitu pembentukan  molekul reaktan dari molekul produk. . Ketika laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah maka kesetimbangan reaksi tercapai. Ketika suatu reaksi kimia berlangsung, laju reaksi dan konsentrasi pereaksipun berkurang. Beberapa waktu kemudian reaksi dapat berkesudahan, artinya semua pereaksi habis bereaksi. Namun banyak reaksi tidak berkesudahan dan pada seperangkat kondisi tertentu, konsentrasi pereaksi dan produk reaksi menjadi tetap. Reaksi yang demikian disebut reaksi reversibel dan mencapai kesetimbangan. Pada reaksi semacam ini produk reaksi yang terjadi akan bereaksi membentuk kembali pereaksi. ketika reaksi berlangsung laju reaksi ke depan (ke kanan), sedangkan laju reaksi sebaliknya kebelakang (ke kiri) bertambah, sebab konsentrasi pereaksi berkurang dan konsentrasi produk reaksi semakin bertambah.(Stephen, 2002).
Tanda “[ ]” adalah konsentrasi kesetimbangan. Kecepatan reaksi kimia pada suhu konstan sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat yang bereaksi. Reaksi kimia bergerak menuju kesetimbangan yang dinamis, dimana terdapat reaktan dan produk, tetapi kedudukannya tidak lagi mempunyai kecenderungan untuk berubah. Kadang-kadang konsentrasi produk jauh lebih besar daripada konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam campuran kesetimbangan, sehingga reaksi dikatakan reaksi yang “sempurna”. G N Lewis memperkenalkan besaran termodinamika baru yaitu keaktifan yang bisa dipakai sebagai ganti konsentrasi. Sangat memudahkan jika keaktifan dianggap sebagai perkalian antara konsentrasi zat yang dimaksud dengan suatu koefisien keaktifan. Salah satu kegunaan konstanta kesetimbangan kimia adalah memprediksi arah reaksi. 
Untuk mempelajari kecenderungan arah reaksi, digunakan besaran Qc, yaitu hasil perkalian konsentrasi awal produk dibagi hasil perkalian konsentrasi awalreaktan yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Jika nilai Qc dibandingkan dengan nilai Kc, terdapat tiga kemungkinan hubungan yang terjadi yaitu: Jika Qc < Kc maka sistem reaksi reversibel kelebihan reaktan dan kekurangan produk. Untuk mencapai kesetimbangan, sejumlah reaktan diubah menjadi produk. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah produk (ke kanan) jika Qc =  Kc maka sistem berada dalam keadaan kesetimbangan. Laju reaksi, baik ke arah reaktan maupun produk, sama dan jika Qc > Kc maka sistem reaksi reversibel kelebihan produk dan kekurangan reaktan. Untuk mencapai kesetimbangan, sejumlah produk diubah menjadi reaktan. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah reaktan (ke kiri).  (Syukri,1999).
Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan reaksi maju dan reaksi balik dengan sama kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah. Katalis memang mengubah waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat mencapainya dalam beberapa menit dengan hadirnya katalis. Lagi pula, reaksi yang berlangsung dengan laju yang sesuai hanya pada temperatur yang sangat tinggi, dapat berjalan dengan cepat pada temperatur yang jauh lebih rendah bila digunakan katalis. Ini terutama penting jika temperatur tinggi mengurangi rendeman dari produk-produk yang diinginkan (Keenan,1984).
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika reaksi itu baru mulai, proses reversible hanya berlangsung kearah pembentukan produk, namun ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaiknya yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan. Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi tekanan (molekul produk) telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri (pembentukan molekul reaktan) dan konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk tidak berubah-rubah lagi (konstan). Jadi, kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis. Tahun 1884 Henri Louis Le Chatelier berhasil menjelaskan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan, yang dikenal dengan azas Le Chatelier, yang berbunyi
“ Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi) maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut.”
Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan.  Pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan adalahApabila dalam sistem kesetimbangan konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut.  Pengaruh volume dan tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan adalahPengaruh volume dan tekanan hanya berpengaruh pada zat yang berwujud gas. Dan jumlah koefisien pereaksi tidak sama dengan jumlah koefisien hasil reaksi. Jika tekanan diperbesar/ volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang kecil. Jika tekanan di perkecil/ volume diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang besar.   Pengaruh suhu terhadap pergeseran kesetimbangan adalah menurut Vant Haff, bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm). Bila suatu reaksi kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm). Dari beberapa faktor di atas, hanya perubahan temperatur (suhu)  reaksi  yang  dapat  mengubah  nilai   konstanta  kesetimbangan (Kc  maupun  Kp). Perubahan konsentrasi, tekanan, dan volume hanya mengubah konsentrasi spesi kimia saat kesetimbangan, tidak mengubah nilai K. Katalis hanya mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan, tidak dapat menggeser kesetimbangan kimia (Purwoko, 2006).








BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1.Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, gelas piala, pengaduk, kertas saring, gelas arloji, oven dan timbangan.

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Pb(NO3)2, larutan NaCl, dan aquadest.


DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, Stephen. 2002. Intisari Kimia umum. Diterjemah oleh: Herlina Y. Handoko.  Jakarta: Erlangga.
Keenan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Diterjemah oleh: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Purwoko, Agus A. 2006. Kimia Dasar 1. Mataram: Mataram University Press.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.




Analisa Kualitatif Beberapa Anion

 ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Analisa Kualitatif Beberapa Anion” dengan tujuan mengidentifikasi beberapa sifat anion. Pada dasarnya penelitian ini lebih menekankan pada prinsip mengindentifkasi dan meneliti beberapa larutan yang jika dicampurkan atau direaksikan akan menimbulkan endapan atau tidak, menimbukan perubahan warna atau tidak dan menimbukan gas atau tidak. Karena yang dinamakan reaksi kimia ialah ketika suatu reaksi memberikan perubahan bisa dalam bentuk peruahan warna, menimbulkan gas, terjadinya endapan dan terjadinya perubahan tempreatur awal. Metode pada pratikum ini dengan cara mencampurkan Na2CO3 dengan H2SO4 lalu pada tabung lainnya diisi dengan larutan Ba(OH)2. Lalu dengan perlahan memanaskan larutan Ba(OH)2 menggunakan penjepit tabung reaksi dengan menghubungkan kedia tabung menggunakan pipa bengkok, terbentuklah endapan dilihat dari larutan Na2CO3 dan H2SO4 menjadi keruh berwarna putih. Metode itu dilakukan untuk melihat adanya ion CO3- atau sering disebut ion karbonat. Untuk percobaan yang satu ini berhasil karena menghasilkan endapan dan perubahan warna. Ada beberapa percobaan lagi yang akan dijelaskan secara detail di laporan praktikum ini mengenai percobaan ion Cl- atau sering disebut ion korida, da mengidentifikasi ion S- atau sering disebut ion sulfat. Maka dengan ini laporan praktikum 9 ini dibuat untuk memberika informasi sekaligus pembelajar untuk kita mengenai keberhasilan atau tidaknya setiap percobaan yang dilakukan di dalam percobaan ini.

























BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Ion memiliki 2 jenis yaitu  ion bermuatan positif (kation) dan  ion yang bermuatan negatif (anion). Mereka memiliki sejumlah sifat yang khas seperti bentuk, ukuran, muatan dan warnanya. Dalam analisis kualitatif disebutkan bahwa kation di klasifikasikan kedalam lima golongan. Kation golongan I, disebut juga golongan asam klorida, contohnya Pb2+, Ag+, Hg+. Kation golongan II, disebut juga golongan hidrogen sulfide, contohnya Cu2+, Hg2+, Cd2+, Bi3+, As3+, Sb3+ dan Sn2+. Kation golongan III, disebut juga golongan ammonium klorida, contohnya Fe2+, Fe3+, Al3+, Cr3+, Zn2+, Ni2+, Mn2+. Kation golongan IV, disebut uga golongan ammonium karbonat, contohnya Ba2+, Ca2+,Sr2+. Kation golongan V, disebut juga golongan sisa, contohnya Mg2+, K+, Na+, NH4+.
 Berdasarkan perbedaan klasifikasi tersbut dapat ditentukan reagensia. Reagensia adalah suatu  larutan yang digunakan dalam  percobaan untuk mengidentifikasi apakah ada terbentuknya anion atau kation dalam bentuk endapan. Reagensia ini membentuk endapan atau tidak, itu masih dikatakan klasifikasi kation yang paling umum.. Reagensia yang dipakai pada percobaan ini adalah H2SO4, HCl, HNO3 dan BaCl2. Analisa ini dikatakan analisa kuantitatif karena ingin dilihat seberapa banyak ion terbentuk akibat pencampuaran larutan dengan reagennya.
Pemisahan anion dan kation dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan reaksi pengendapan yaitu dengan prinsip analisa kualitatif. Analisa tersebut kation mula-mula dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan senyawa. Ada tidaknya kation dan anion dalam suatu larutan, maka kita dapat menggunakan suatu analisa, yaitu analisa kuantitatif. Analisa kuantitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat digunakan untuk memindahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Analisa ini dikatakan kuantitatif karena adanya penentuan jenis ion yang ada dalam campuran. Analisa tak harus selalu menyatakan senyawa yang menghasilkan ion atau banyak ion (kuantitatif).

2.1.            Tujuan Percobaan     
Mengidentifikasi banyaknya ion yang terbentuk dengan menggunakan analisa kuantitatif dan mengidentifikasi ion apa saja yan terbentuk melalui percobaan menggunakan analisa kualitatif.



























BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Istilah molekul itu tidak tepat untuk mendeskripsikan  bentuk terkecil dari komposisi ion. Ion dari zat padat tergabung dari ion positif dan negative yang tersusun dan mengelilingi sehingga membentuk suatu zat. Ion yang diberikan dari senyawa lain diikat dengan gaya tarik elektrostatik dengan ion yang lain. Sejauh ini senyawa ion di asumsikan bahwa hanya menerima elemen yang di prediksikan dari aturan oktet. Maka semua ion bisa berikatan menurut aturan yang telah dijelaskan dalam aturan oktet dan duplet (H. Stephen Stoker, 1939).

Analisis kualitatif adalah suatu analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran yang tidak diketahui. Analisis kualitatif lengkap sampel anorganik, meliputi analisis identifikasi semua jenis kation maupun anion yang mungkin ada dalam sampel. Untuk mengidentifikasi adanya pembentukan kation atau anion di dalam suatu zat biasanya di tandai dengan adanya merubahan, misalnya perubahan warna dan terbentuk endapan. Jika hendak mengnalisis sampel yang berisi sejumlah ion, maka cara terbaik yang dapat dilakukan adalah mencari pereaksi-peraksi yang ampu mengendapakan bersama sejumlah tertentu ion, yang dipisahkan kemudian dengan penyaringan (Chadijah, 2012).

Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan.Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak (Keenan, 1999).


Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui, pertama kali adalah membuat sampel (contoh) yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan). Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada. Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam suatu campuran untuk ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan menambahkan reagen (pereaksi) tertentu yang kan memberikan larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu  (Underwood, 1992).

Pemisahan dalam golongan didasarkan perbedaan sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi yang akan mengendapkan ion tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainnya. Setelah itu ion-ion diendapkan dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada dalam larutan tersebut dapat diendapkan dan penambahan H2S dalam suasana asam. Jadi dalam analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan, berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa pereaksi antara lain adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Umumnya klasifikasi kation didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation-kation tersebut. Skema di bawah ini memperlihatkan pemisahan kation-kation dalam golongan I sampai dengan V berdasarkan sifat kimianya. Setelah pemisahan dilakukan uji spesifik untuk masing-masing kation (Bassett, 1994).










BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.      Alat dan Bahan

            Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, batang pengaduk, pipet tetes, gelas ukur 25mL, bunsen, pipa benkok, dan penjepit tabung reaksi. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Ba(OH)2 0,1 M, BaCl2 0,1 M, CH3COOH 0,1 M, HCl 0,1 M, Na2CO3 0,1 M, timbale asetat, NaCl, larutan HNO0,1 M, Asam Sulfat (H2SO4 ), ammonium sulfat 0,1 M dan aquades.

DAFTAR PUSTAKA
Underwood, 2012. Analisis Kuantitatif Kimia. Jakarta: Erlangga.
Keenan, 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Bassett,J, 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Effendi.

Stroker, 1939. Fundamentals of Chemistry General, Organic, and Biological. United State of America: Allyn and Bacon.